Ahad 12 Jul 2020 16:31 WIB

Warganet Terpecah Soal Hagia Sophia Jadi Masjid

Hagia Sophia awalnya adalah gereja yang dibangun oleh kekaisaran Byzantium.

Rep: rizkyan adiyudha/ Red: Ani Nursalikah
Warganet Terpecah Soal Hagia Sophia Jadi Masjid
Foto: AP Photo/Emrah Gurel
Warganet Terpecah Soal Hagia Sophia Jadi Masjid

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan resmi memutuskan mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai masjid. Langkah terhadap situs bersejarah itu lantas menuai pro dan kontra secara global termasuk di kalangan warga Turki.

Seperti menukil laman Aljazirah, Ahad (12/7), tidak sedikit warga yang mendukung dan bersyukur atas keputusan Erdogan. Disaat yang bersamaan banyak juga menentang keputusan Erdogan untuk mengalihfungsikan museum Byzantium abad keenam itu.

Baca Juga

"Selamat kepada warga Muslim dunia. Haghia Sophia tidak lagi menjadi museum. Dia telah diubah menjadi masjid. Azan pertama setelah delapan dekade berkumandang disini," cicit seorang warga dunia maya dari Pakistan, Mir Mohammad Alikhan.

Warga Istanbul Engin Altan Duzyatan mengapresiasi langkah tersebut. Dia mengatakan Turki tidak akan lagi sama. Menurutnya, sudah waktunya kedaulatan kembali dan gelora semangat Ottoman hidup dalam warga setempat.

"Allah Maha Besar! Sungguh waktu yang tepat untuk hidup!" kata Duzyatan melalui Twitter.

Warga asal Irlandia, Razan Ibraheem berpendapat Hagia Sophia seharusnya tetap menjadi situs netral. Menurutnya, bangunan yang ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO ini memiliki catatan sejarah luar biasa yang seharusnya dimiliki semua orang dengan latar belakang agama apa pun.

"Seharusnya (Hagia Sophia) tetap dijadikan museum dan situs warisan dunia. Hagia Sofia tidak lekang oleh waktu dan tidak terbatas pada agama. Itu milik sejarah dan kemanusiaan," katanya.

Pengguna media sosial yang berbasis di Doha, Qatar Joseph Lumbard mempertanyakan komentar publik yang menolak keputusan Erdogan. Dia menyinggung nasib tiga juta warga Muslim Uighur di China yang telah dipenjara dan dihancurkan tempat-tempat ibadah mereka.

"Jika Anda lebih khawatir tentang nasib #hagiasofia daripada 3 juta Muslim Uiyghur yang telah dipenjara dan masjid-masjidnya sedang dalam proses dihancurkan oleh pemerintah Cina, Anda mungkin perlu memeriksa prioritas Anda," katanya.

Presiden Turki Erdogan menolak kecaman internasional terkait keputusannya menjadikan Hagia Sophia menjadi masjid. Dia menegaskan keputusannya tersebut merupakan bagian dari kedaulatan Turki.

Kecamannya dari internasional tak membuatnya mundur dan ia berulang kali menegaskan status Hagia Sophia yang juga warisan UNESCO ini adalah urusan Turki. Keinginan Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid terwujud setelah pengadilan mencabut keputusan status museum yang disematkan pada 1934 ketika Kemal Attaturk berkuasa pada Jumat lalu.

Dalam sebuah pidato kenegaraan, Erdogan mengatakan "kebangkitan Hagia Sophia" adalah pertanda satu langkah pembebasan Masjid al-Aqsa dan umat Islam mulai meninggalkan keterpurukannya. Dia mengatakan, kebangkitan Hagia Sophia adalah kobaran harapan tak hanya untuk umat Islam tetapi juga dari semua masyarakat yang tertindas, korban perang dan penjajahan

Hagia Sophia awalnya adalah gereja yang dibangun oleh kekaisaran Byzantium. Bangunan itu diresmikan pada 15 Februari 360 M di masa pemerintahan kaisar Konstantius II oleh uskup Eudoxius dari Antioka.

Fungsi Hagia Sophia berubah saat Konstantinopel ditaklukan oleh kekaisaran Ottoman pada 29 Mei 1453 yang dipimpin oleh Sultan Mehmed II. Dia lantas memerintahkan agar gereja tersebut diubah menjadi Masjid Aya Sofia yang dikemudian hari digunakan untuk melakukan shalat berjamaah, shalat Jumat, dan kegiatan keagamaan umat Islam lainnya.

https://www.aljazeera.com/news/2020/07/turkey-turning-hagia-sophia-mosque-divides-social-media-200711104417533.html

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement