Jumat 14 Aug 2020 16:55 WIB

Hidup Berkecukupan dengan Enam Perkara

Yakinkan diri Allah SWT telah mengatur rezeki masing-masing makhluk-Nya.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ani Nursalikah
Hidup Berkecukupan dengan Enam Perkara
Foto: Republika/ Wihdan
Hidup Berkecukupan dengan Enam Perkara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap manusia tentunya menginginkan kehidupan yang serba berkecukupan. Namun, masih sedikit orang yang mengerti makna dari berkecukupan. 

Banyak orang yang selalu merasa kekurangan, nyatanya Allah SWT telah mengalirkan padanya rezeki. Allah SWT berfirman, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya,” (Hud: 6),

Baca Juga

Dalam kitab yang ditulis Syaikh Mahmud Al-Mishri, dijelaskan enam perkara yang perlu diterapkan manusia untuk senantiasa hidup berkecukupan. Pertama, meyakinkan diri Allah SWT telah mengatur rezeki masing-masing makhluk-Nya.

“Maka teruslah mendekatkan diri pada Sang Maha Pemberi Rezeki, bukan justru menyibukkan diri terhadap sesuatu yang telah dijamin Allah SWT,” tulisnya.

Kedua, mengisi keseharian dengan amal saleh dan menjadikannya sebagai teman. Mengibaratkan amal saleh sebagai teman, tentu akan semakin mendongkrak semangat untuk berbuat baik. Amal saleh tentu akan menjadi penolong dikala kesulitan, baik di dunia maupun akhirat.

Ketiga, tidak menaruh dendam atau menjadikan seseorang sebagai musuh. Sesungguhnya seseorang yang berbuat buruk, sama halnya seperti memberikan amal baiknya pada orang yang dia perlakukan buruk. Selain itu, dia juga akan memikul dosa dan kesalahan dari orang yang dia perlakukan buruk itu.

Keempat, tidak fokus mengejar dunia. Dalam kehidupan, manusia memang tak lepas dari tuntutan, namun ketahuilah seberat-beratnya tuntutan berasal dari malaikat maut.

“Maka segera selesaikan tuntutannya (malaikat maut) agar ketika dia datang, kita dapat bersamanya tanpa ada halangan,” tulis Syeikh.

Kelima, mengasihi semua orang seperti mengasihi diri sendiri. Mengasihi sesama, sama halnya dengan memberikan mereka hak disayangi dan dikasihi, tanpa memandang perbedaan yang ada. Melalui cara ini, seseorang dapat lebih mudah berempati dan peka dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Terakhir, selalu ingat tempat terakhir untuk kembali adalah kuburan. Dengan ini, seseorang dapat lebih berambisi berbuat baik demi mempersiapkan kembalinya dia ke tempat asalnya, tanah.

“Cukuplah itu, dan laksanakan semua itu hingga kematian menjemput,” kata Syeikh Mahmud. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement