Rabu 09 Feb 2022 20:08 WIB

Ejekan Nasionalis Hindu ke Siswi Berjilbab di India Picu Kecaman

Kecaman muncul atas aksi ejekan nasionalis Hindu ke siswi berjilbab.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Ejekan Nasionalis Hindu ke Siswi Berjilbab di India Picu Kecaman. Foto: Serombongan siswa perempuan India berjalan menuju sekolah mereka di Udupi, India, Senin (7/2/2022). Pelajar India yang menggunakan jilbab dilarang memasuki ruang kelas mereka.
Foto: AP Photo
Ejekan Nasionalis Hindu ke Siswi Berjilbab di India Picu Kecaman. Foto: Serombongan siswa perempuan India berjalan menuju sekolah mereka di Udupi, India, Senin (7/2/2022). Pelajar India yang menggunakan jilbab dilarang memasuki ruang kelas mereka.

REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI -- Video siswi berhijab diejek sekelompok ekstrem kanan Hindu India yang tersebar di Twitter menuai kecaman. Peristiwa di sebuah kampus di Karnataka itu menambah ketegangan di sela unjuk rasa larangan memakai hijab di negara bagian sebelah selatan.

Dalam sebuah video terlihat Muskan Khan dikepung sejumlah pria yang mengibarkan selendang kuning kunyit ke arahnya saat ia baru tiba di kampusnya di Mandya. Khan mengatakan orang-orang itu dari luar kampus.

Baca Juga

Larangan hijab memicu mahasiswa muslim marah karena merasa kebebasan beragama yang tercantum dalam konstitusi India yang sekuler diserang. Upaya kelompok sayap kanan Hindu mencoba mencegah muslimah yang memakai hijab masuk ke ruangan kelas menyebabkan ketegangan massa.

"Saya baru saja tiba untuk mengumpulkan tugas, itu mengapa saja datang ke kampus, mereka tidak mengizinkan saya masuk karena saya (memakai) burqa," kata Khan pada stasiun televisi NDTV seperti dikutip Aljazirah, Rabu (9/2).

"Setelah itu mereka mulai meneriakkan slogan 'Jai Shri Ram' (Yang Mulai Ram), lalu saya mulai berteriak Allahu Akbar," katanya sambil menambahkan akan terus memperjuangkan haknya memakai hijab.

"Sepuluh persen (pengunjuk rasa) berasal dari kampus tapi (sisanya) orang luar," kata Khan.

Pemerintah Negara Bagian Karnataka dikuasai partai sayap kanan Bharatiya Janata (BJP). Mereka mengatakan akan menutup institusi pendidikan selama tiga hari.

Ketegangan di Karnataka yang menaungi pusat teknologi India, Bengaluru, memicu kekhawatiran di masyarakat minoritas muslim mengenai semakin buruknya persekusi yang dilakukan pemerintah nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi. Dalam unjuk rasa terbaru polisi melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.

Sementara terlihat banyak sekolah di kota-kota sekitar yang dijaga ketat polisi. Ketua Menteri atau kepala kabinet Karnataka yang berasal dari BJP Basavaraj Bommai meminta masyarakat tenang. Ia mengumumkan semua sekolah di negara bagian itu ditutup selama tiga hari.

"Saya meminta semua mahasiswa, guru dan manajemen sekolah dan kampus, untuk menjaga perdamaian dan harmoni," katanya.

Bulan lalu para siswi di sekolah menengah atas negeri diminta tidak memakai hijab. Kemudian kelompok sayap kanan Hindu mencegah perempuan muslim masuk ke institusi pendidikan di negara bagian itu.

Pada 5 Februari lalu Pemerintah Karnataka yang 12 persen populasinya muslim mengeluarkan perintah semua sekolah mengikuti aturan seragam yang ditetapkan manajemen.

Menteri Pendidikan Karnataka BC Nagesh yang mencicit perintah itu mengatakan aturan berpakaian sekolah telah ditetapkan usai meninjau putusan pengadilan dari seluruh negeri untuk melarang hijab di institusi pendidikan.

Ketegangan antara mahasiswa muslim dan Hindu mulai terasa di kampus-kampus. Mereka mengatakan ketegangan mengganggu pendidikan mereka.

Pekan lalu media setempat melaporkan dengan mengutip perintah negara bagian sejumlah sekolah di Kota Udupi melarang murid perempuan memakai hijab. Larangan ini memicu protes dari siswi dan orang tua.

"Tiba-tiba mereka semua mengatakan jangan memakai hijab, kenapa dimulai dari sekarang?" kata Ayesha, remaja yang bersekolah di Mahatma Gandhi Memorial College di Udupi.

Ayesha mengatakan gurunya melarangnya ujian kimia karena ia memakai hijab. "Kami tidak melawan agama apa pun, kami tidak memprotes siapa pun, kami hanya menginginkan hak kami," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement