Home > Sejarah

Gunung Tilu, Titik Rupabumi di Perbatasan Jabar-Jateng, Saksi Peradaban 500 SM

Gunung Tilu merupakan kelompok pegunungan yang setidaknya mempunyai tiga puncak tertinggi.
Pj Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat, memimpin ekspedisi di Gunung Tilu. (Dok Diskominfo Kabupaten Kuningan)
Pj Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat, memimpin ekspedisi di Gunung Tilu. (Dok Diskominfo Kabupaten Kuningan)

KUNINGAN -- Gunung Tilu terletak dekat perbatasan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Gunung itu berstatus gunung tidak aktif / bukan berapi.

Secara administratif pemerintahan, Gunung Tilu termasuk ke dalam wilayah Desa Jabranti, Kecamatan Karangkancana dan Desa Cimara, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan.

Gunung Tilu merupakan kelompok pegunungan yang setidaknya mempunyai tiga puncak tertinggi. Yaitu, puncak Sukmana (1.154 mdpl), puncak Gunung Tilu (1.076 mdpl), dan puncak lainnya yang tidak diketahui namanya (1.112 mdpl).

Masyarakat cukup beralasan menyebut kawasan gunung tersebut dengan Gunung Tilu, yang berarti tiga. Hal itu dikarenakan dari setiap sudut, kawasan tersebut selalu memperlihatkan tiga gundukan gunung.

Kawasan tersebut juga menjadi hulu bagi banyak sungai kecil yang membentuk dua sungai besar di Desa Jabranti dan Desa Cimara. Yakni, sungai Citaal dan Cijangkelok.

Pj Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat, memimpin ekspedisi di Gunung Tilu. (Dok Diskominfo Kabupaten Kuningan)
Pj Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat, memimpin ekspedisi di Gunung Tilu. (Dok Diskominfo Kabupaten Kuningan)

Pj Bupati, Raden Iip Hidajat, pada Februari yang lalu memimpin ekspedisi menuju kawasan Gunung Tilu yang terletak di Dusun Banjaran, Desa Jabranti. Perjalanan itu dimaksudkan untuk melihat titik rupabumi atau titik triangulasi, yang merupakan titik batas daerah antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

‘’Jawa Barat ada Kabupaten Kuningan, dan Jawa Tengah ada Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes, titik kulminasinya ada di puncak Gunung Tilu. Nah, tidak jauh dari situ, ada situs Batu Naga,’’ kata Iip.

Menurut Iip, situs Batu Naga konon kabarnya sudah ada sejak 500 tahun sebelum masehi (SM).

‘’Situs ini menunjukkan kepada kita bahwa ada peradaban luar biasa di Kabupaten Kuningan,’’ cetus Iip.

Hutan-hutan di wilayah tersebut, meski bukan lagi hutan yang belum terjamah, kebanyakan masih berupa hutan alam yang berstatus hutan lindung. Keanekaragaman hayati yang dikandungnya pun luar biasa, mengingat lingkungan di sekitarnya merupakan wilayah pemukiman yang relatif padat.

Sebagian areal merupakan kawasan hutan produksi yang ditanami jati dan pinus, bersisian dengan bagian-bagian hutan yang telah dibuka untuk dijadikan kebun atau persawahan. Pengelola kawasan hutan itu adalah Perum Perhutani KPH Kuningan. (Lilis Sri Handayani)

× Image